Selasa, 27 Desember 2011

MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN


KONSEP DASAR MANAJEMEN DAN PERSPEKTIF
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Oleh: Said Saleh

A.    PENDAHULUAN
Saat ini telah terdapat begitu banyak ahli manajemen di Indonesia, bahkan manajemen telah diajarkan di setiap institusi pendidikan, organisasi pemerintah, maupun nonpemerintah, di hotel-hotel, di restoran, di perguruan tinggi, di sekolah-sekolah, bahkan di warung-warung; wacana manajemen sangat kental dibicarakan orang. Namun ternyata KKN di Indonesia semakin marak, hutang luar negeri telah pada fase yang membahayakan, bahkan negeri tercinta ini telah menjadi negeri terkorup nomor  satu di Asia, dan terkorup nomor tiga di dunia. Murid-murid sekolah tawuran, antar etnis bentrok, antar agama bentrok, bahkan antar satuan  pada TNI dan Polri pernah terlibat bentrok. Banyak manajer terlilit hutang, banyak yang tidak bertanggung jawab dan melarikan diri. Mahasiswa yang tadinya idealis, ketika menjadi pejabat, korupsi juga.  Penyakit  peradaban modern telah melanda Indonesia, sehingga manusia tidak mampu lagi menghadapi lingkungannya secara rasional, praktek perdukunan, dan para normal menjadi semakin marak, dan tidak hanya pada lingkungan masyarakat bawah tetapi telah merambah pada selebritis dan bahkan para elit politik di tingkat nasional. Semangat kekerasan, kebebasan seks, kebrutalan, alienasi (keterasingan), agnotisme (keraguan), westamia  (penyakit kebarat-baratan) sindrom informasi, dan penyakit dan penyimpangan seksual semakin merebak.
Apakah ada yang salah dengan pembelajaran manajemen di Indonesia? Ke mana larinya “kearifan dalam manajemen?” perlukah ada paradigma baru tentang manajemen yang bisa membawa nasib bangsa ke arah tujuan nasional kita? Paradigma baru tentang manajemen yang berlandaskan hati nurani inilah yang saya maksudkan dengan “Manajemen Kearifan.”   Manajemen yang arif  adalah “ruh dari manajemen” (the spirit of management) yang kini sudah banyak ditinggalkan orang, atau memang    belum pernah dipakai oleh para pemimpin kita saat ini. Ibarat jasad yang ditinggalkan ruh, maka manajemen yang ada sekarang ini adalah manajemen bebas nilai, yang akan terus berjalan pada arah yang contra ordinary. “Manajemen tanpa ruh” yang sekarang banyak dipelajari adalah manajemen yang economy  centris dan netral etik. Sedangkan manajemen yang arif adalah manajemen yang  philosophy centris  dan sarat etik. Manajemen yang arif tidak memandang dari mana sumber asalnya, apabila kesemuanya berdasarkan pada hikmah kebijaksanaan, maka kesemuanya dapat diambil, dan akan baik untuk digunakan, bagi bangsa dan negara maupun, perusahaan (institusi) apapun dan orang yang bagaimanapun.
Terdapat minat besar dalam manajemen pendidikan di bagian awal abad 21. Hal ini karena kualitas kepemimpinan dipercaya secara luas membuat perbedaan yang signifikan kepada sekolah dan siswa. Di banyak bagian dunia, ada pengakuan bahwa sekolah membutuhkan pemimpin dan manajer yang efektif jika mereka ingin memberikan pendidikan yang terbaik kepada pelajar mereka. Ketika ekonomi global mengalami resesi, pemerintah lebih menyadari bahwa aset utama mereka adalah orang-orang yang kompetitif dan semakin tergantung pada sebuah sistem pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja terampil. Hal ini memerlukan guru-guru yang terlatih dan berkomitmen, dan pada gilirannya, memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang sangat efektif dan dukungan lain manajer senior dan menengah.
 Manajemen pendidikan adalah pluralis, dengan banyaknya kekurangan perspektif dan kesepakatan yang tak terelakkan mengenai definisinya. Salah satu kunci perdebatan apakah manajemen pendidikan telah menjadi bidang yang berbeda atau hanya sebuah cabang studi yang lebih luas dari manajemen. Sementara pendidikan dapat belajar dari manajemen lain, manajemen pendidikan harus terpusat pada tujuan pendidikan. Tujuan ini memberikan arti penting ke arah untuk mendukung manajemen sekolah. Kecuali keterkaitan antara tujuan dan manajemen pendidikan yang jelas dan dekat, ada bahaya ‘managerialism’, yaitu penekanan pada prosedur dengan mengorbankan tujuan pendidikan serta nilai-nilainya.
 
B.     PEMBAHASAN
1.      Konsep Dasar Manajemen
a.      Pengertian
Beberapa pengertian manajemen menurut beberapa para pakar sebagai berikut:
1)      Menurut Mary Parker Follet dalam Wibowo menyatakan bahwa:
 [M]anajemen adalah sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain. Hal ini meminta perhatian pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa melakukan pekerjaan sendiri.[1]  
2)      Menurut Dale dalam Made Pidarta mengutip beberapa pendapat ahli tentang pengertian manajemen yaitu:
[M]anajemen adalah sebagai; pertama, mengelola orang-orang; kedua, pengambilan keputusan; ketiga, proses pengorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.[2]
3)      Menurut Sondang P. Siagian menyatakan bahwa:
[M]anajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama administrasi.[3]
4)      Menurut Nanang Fattah menyatakan bahwa “[M]anajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.Dikatakan sebagai ilmu oleh Luth Gulick dalam Nanang Fattah, “[K]arena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.” Dikatakan sebagai oleh Follet masih dalam Nanang Fattah, “[K]arena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.[4]
Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen yang  beraneka ragam, ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen,  manajemen  pengurusan, dan lain sebagainya. Bila dilihat dari literatur-literatur yang ada, maka pengertian manajemen dapat disimpulkan dari tiga aspek yaitu 1) manajemen sebagai suatu proses, 2) manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia, 3) manajemen sebagai ilmu (science) dan seni (art) [5] Sedangkan menurut para pakar, manajemen dalam pendidikan menurut Made Pidarta menyatakan bahwa “dalam pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.[6]
Setelah melihat pengertian manajemen di atas, maka nampak jelas bahwa setiap organisasi termasuk organisasi pendidikan seperti sekolah akan sangat memerlukan manajemen untuk mengatur dan mengelola kerja sama yang terjadi agar dapat berjalan dengan baik dalam pencapaian tujuan, untuk itu pengelolaannya mesti berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan dengan diawali oleh suatu rencana sampai tahapan berikutnya dengan menunjukkan suatu keterpaduan dalam prosesnya, dengan mengingat hal itu, maka makna pentingnya manajemen semakin jelas bagi kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan.
b.      Batasan Manajemen
Lahirnya konsep manajemen di tengah gejolak masyarakat sebagai konsekuensi akibat tidak seimbangnya pengembangan  teknis dengan kemampuan sosial. Meskipun pada kenyataannya, perkembangan ilmu manajemen sangat terlambat  jauh dibandingkan peradaban manusia di muka bumi ini yang dimulai sejak keberadaan Adam dan Hawa. Barulah lebih kurang pada abad ke-20 kebangkitan para teoretis maupun para praktisi sudah mulai tampak.[7]
Istilah manajemen (management) telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda, misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya. Masing-masing pihak dalam memberikan istilah diwarnai oleh latar belakang pekerjaan mereka. Meskipun pada kenyataannya bahwa istilah tersebut memiliki perbedaan makna.[8]
Sebagai bahan perbandingan studi lebih lanjut, berikut ini disajikan pendapat para ahli mengenai batasan manajemen yang amat berbeda, yaitu:
1)  Menurut D. Millet dalam Siswanto membatasi manajemen sebagai “[S]uatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan. Millet dalam siswanto lebih lanjutkan menekankan bahwa manajemen sebagai suatu proses, yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan, yaitu:
a) Proses  pengarahan (process of directing), yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk memberikan petunjuk atau instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan untuk percapaian tujuan.
b)      Proses pemberian fasilitas kerja (process of fasilitatif the work), yaitu rangkaian kegiatan untuk memberikan sarana dan prasarana serta jasa yang memudakan pelaksanaan pekerjaan dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orang yang terorganisasi dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan.[9]
2)   James A.F. Stoner, dan Charles Wankel memberikan batasan manajemen sebagai berikut: [M]anagement is the process of planning, organizing, leading, and contolling the effort of organization member and using all other organizational resources to achieve stated organizational goals” (manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi). Menurut mereka bahwa proses adalah cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Dalam batasan manajemen di atas prosesnya meliputi:
a)   Perencanaan, yaitu menetapkan  tujuan dan tindakan yang akan dilakukan.
b)  Pengorganisasian, yaitu mengoordinasikan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya yang dibutuhkan.
c)   Kepemimpinan,  yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik mungkin.
d)  Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan jika tidak tercapai dilakukan tindakan perbaikan.[10]
3)  Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, memberikan batasan “[M]anagement as working with and through individuals and groups to accomplish organizational goals.(sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi). Menurut mereka lebih menekankan bahwa definisi tersebut tidaklah dimaksudkan hanya untuk satu jenis organisasi saja, tetapi dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi tempat individu dan kelompok tersebut menggabungkan diri untuk mewujudkan tujuan bersama.[11]
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasian tercapai secara efektif dan efisien.[12]    
c.       Filsafat Manajemen
Menurut Moekijat mengemukakan bahwa filsafat manajemen adalah suatu sistem pemikiran yang menjelaskan gejala tertentu dan memberikan serangkaian prinsip untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu. Singkatnya suatu filsafat adalah suatu  cara hidup. Filsafat memiliki:
1)      Tujuan tertentu.
2)      Beberapa nilai yang berhubungan dengan pencapaian tujuan.
3)      Keyakinan pada pihak para penganut bahwa nilai dan tujuan akhir bernilai untuk dikejar.[13]
Filsafat manajemen adalah bagian yang terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar yang luas  untuk menetapkan pemecahan permasalahan manajerial. Filsafat manajemen memberikan dasar bagi manajer. Seorang manajer memerlukan kepercayaan dan nilai yang pokok untuk memberi petunjuk yang sesuai dan dapat dipercaya guna menyelesaikan pekerjaan. Filsafat manajemen juga memberikan desain sehingga seorang manajer dapat mulai berpikir. Filsafat manajemen amat berguna karena dapat digunakan untuk memperoleh bantuan dan pengikut. Filsafat manajemen memberikan pemikiran dan tindakan  yang menguntungkan dalam manajemen dan membantu kepada sifatnya yang dinamis dan memberi tantangan.[14]
Dalam filsafat manajemen terkandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan keberadaan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam  pekerjaan manajemen. Untuk merealisasikan tujuan, diperlukan beberapa aktor penunjang sehingga merupakan kombinasi yang terpadu, baik menyangkut individu maupun kepentingan umum. Hal ini dimaksudkan adanya keseimbangan di antara faktor-faktor yang diperlukan untuk mencapai suatu kekuatan untuk mengejar hasil yang maksimal.[15] 
Menurut Davis dan Filley dalam Maman Ukas terdapat faktor- faktor dasar dalam filsafat manajemen yang diperlukan dan memiliki hubungan saling ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan, yaitu:
[F]aktor-faktor dasar tersebut meliputi hal-hal berikut:
1)   Kepentingan umum, yaitu penyelenggaraan suatu organisasi harus tercermin deskripsi berbagai kepentingan, baik pemilik, manajer ataupun bawahan, dan masyarakat.
2)   Tujuan usaha, yaitu perwujudan aktivitas yang spesifik dari organisasi, baik organisasi yang bertujuan mencari laba maupun organisasi yang tidak mencari laba.
3)   Pimpinan pelaksana, yaitu individu yang diberi kepercayaan untuk memimpin suatu usaha dengan menggunakan otoritas yang telah diberikan kepadanya.
4)   Kebijakan, yaitu pernyataan atau ketentuan umum yang menuntun atau menyalurkan pemikiran menjadi pengambilan keputusan oleh bawahan, serta memberikan arah ke mana organisasi tersebut akan dikemudikan.
5)   Fungsi, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai. Setiap organisasi sebagaimana hanya individu pasti memiliki  tujuan yang akan dicapai.
6)   Faktor dasar, yaitu meluputi faktor-faktor produksi atau turunan, baik berupa alam, tenaga, modal, dan pendukungnya yang merupakan elemen harus ada dalam menyelenggarakan organisasi.
7)   Struktur organisasi, yaitu saluran yang menunjukkan kerja antara  manajer dan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan disertai otoritas dan tanggung jawab.
8)   Prosedur, yaitu tahapan tindakan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
9)   Moral kerja, yaitu kondisi mental dari individu atau kelompok yang menentukan sikap bawahan dalam menerima pekerjaan dan mengoperasionalkannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan akhir.[16]
d.      Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni      
          Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen sebagai ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi. Batasan di atas sebenarnya terlalu luas dan baru akan menjadi jelas apabila dapat ditegaskan lebih lanjut arti yang detail mengetahui, dan arti tentang sistematik dan organisasi yang digunakan dalam definisi itu. Manajemen sebagai suatu ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan (approach)  terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh indra manusia.[17]
Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan di atas, kalau kita bandingkan, kita akan memperoleh karakteristik pokok yang terdapat pada pengertian ilmu itu, yaitu bersifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.
1)    Bersifat rasional, yaitu suatu sifat aktivitas berpikir yang ditundukkan pada logika formal dalam mengikuti urutan berpikir silogisme.
2)  Bersifat empiris, yaitu dikatakan empiris karena kesimpulan yang diambil harus dapat ditundukkan pada pemeriksaan atau pada verifikasi indra manusia.
3)      Bersifat umum, yaitu kebenaran yang dihasilkan sebagai ilmu tersebut dapat diverifikasi oleh peninjau ilmiah. Objek maupun metodenya dapat dipelajari dan diikuti secara umum dan dapat diajarkan secara bersama.
4)   Bersifat akumulatif, yaitu apa yang dipelajari merupakan kelanjutan dari ilmu yang telah dikembangkan sebelumnya. Selain itu, juga merupakan kumpulan pengetahuan, baik ilmu teoritis maupun ilmu praktis yang terorganisasi dan bertujuan untuk mencari kemaslahatan.[18]     
Manajemen sebagai  seni bukan diartikan seni dalam arti formal yang biasa dihubungkan dengan seni musik, sastra, tari, drama, patung, lukis, dan sebagainya.  Dengan demikian, bukan berarti bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus menjadi seorang seniman, atau seorang pemimpin minimal harus menguasai salah satu cabang kesenian seperti menari, menyanyi, dan melukis. Yang dimaksud dengan seni di sini adalah seni dalam pengertian yang lebih luas dan umum, yaitu merupakan keahlian, kemahiran, kemampuan, serta keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan teknik dalam menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam (human and natural resources)  secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Perbandingan antara manajemen sebagai ilmu dan seni secara ringkas dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
       Tabel 1 :Perbandingan Antara Manajemen Sebagai Ilmu dan Seni [19]
No
Pembeda
Ilmu
Seni
1.
Makna
Akumulasi pengetahuan
 yang disistematisasikan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikan atau pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.
Keahlian,  kemahiran, kemampuan, dan keterampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan teknik dalam menggunakan sumber
daya alam secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan.
2.
Ciri Pokok
Memiliki sifat:
a.  Rasional.
b.   Empiris.
c.    Umum.
d.   Akumulatif.
Memiliki sifat:
a.   Ahli.             dalam
b.   Mahir.           prinsip      
c.   Mampu.         metode
d.   Terampil     dan teknik
3.
Metode
a.   Observasi.
b.   Rumusan Permasalahan
c.   Akumulasi dan klasifikasi fakta tambahan yang baru.
d.   Generalisasi.
e.   Rumusan hipotesis.
f.    Testing dan verifikasi
Studi
Observasi
Praktek lapangan
4.
Tuntutan bagi Manajer

Sikap ilmiah:
a.   Objektif.
b.   Serba relatif.
c.   Skeptis.
d.   Kesabaran intelektual.
e.   Kesederhanaan.
f.    Tidak memihak kepada etik.
Fleksibilitas disesuaikan dengan:
a.   Perubahan dalam keputusan.
b.  Pengertian
c.   Motif.
d.  Kemampuan bekerja sama.
  
e.       Pentingnya Tujuan Dalam Manajemen
        Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan kepada usaha seseorang manajer. Berdasarkan pengertian di atas, minimum dapat diambil empat elemen  pokok, yaitu:
1)      Sesuatu yang direalisasikan (goal).
2)      Cakupan (scope).
3)      Ketepatan (definitness).
4)      Pengarahan (direction).
            Pada umumnya, tujuan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1)      Tujuan organisasian.
2)      Tujuan manajer pada seluruh hierarki organisasi.
3)      Tujuan individu.[20]
 GR. Terry dalam Moekijat mengklasifikasikan tujuan menurut tingkatan yang ada dalam suatu organisasi. Pada hierarki organisasi puncak dan pemberian tujuan untuk seluruh aktivitas merupakan tujuan yang pokok. Di bawahnya, tetapi erat hubungannya dengan tujuan pokok adalah tujuan yang mendeskripsikan tujuan bagian atau kesatuan organisasi tertentu. Tujuan bagian tersebut memiliki tujuan kelompok di bawahnya yang dengan  cara sama dideskripsikan dalam tujuan kesatuan, dan akhirnya dalam tujuan individu.
f.       Manajemen, Manajer, dan Kepemimpinan
Batasan manajemen yang telah dideskripsikan dan dijadikan pegangan dalam studi. Selanjutnya adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan. Berdasarkan definisi tersebut berarti manajer adalah seorang yang bertindak sebagai perencana, pengorganisasi, pengarah, pemotivasi, serta pengendali orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan. Sedangkan kepemimpinan adalah sikap dan prilaku untuk mempengaruhi para bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga dapat bekerja secara lebih efisien dan efektif. Secara singkat kepemimpinan adalah sifat yang harus dimiliki oleh perencana, pengorganisasi, pengarah, pemotivasi, dan pengendali untuk mempengaruhi orang dan mekanisme kerja guna mencapai tujuan.[22]  
Jelaslah kiranya bahwa manajer untuk mengelola organisasinya agar efisien dan efektif harus memiliki jiwa, sifat, perilaku, dan karakter kepemimpinan. Manajemen adalah seni, ilmu, dan prosesnya,  manajer adalah orangnya, dan kepemimpinan adalah sifat atau jiwanya. Gambaran mengenai manajemen, manajer, dan kepemimpinan digambarkan pada tabel  2 sebagai berikut:
  Tabel 2 : Spesifikasi Manajemen, Manajer, dan Kepemimpinan[23]
 No.
Manajemen
Manajer
Kepemimpinan
1.
Seni atau ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Seseorang yang bertindak sebagai perencana, pengorganisasi, pengarah pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Sikap yang harus dimiliki oleh perencana, pengorganisasi, pengarah, pemotivasi, dan pengendali.
2.
Seni, ilmu, dan prosesnya. 
Orang atau pelakunya
Sifat atau jiwanya
g.      Proses Manajemen
Suatu proses merupakan rangkaian aktivitas yang satu sama lainnya saling bersusulan. Proses adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Proses manajemen adalah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang manajer dalam suatu organisasi. Rangkaian aktivitas dimaksudnya adalah merupakan fungsi seorang manajer.[24] Fungsi manajer tersebut membentuk suatu proses keseluruhannya. Kajian fungsi manajer secara garis besar dilihat dari dua sudut, yaitu:
1)      Fungsi manajer dari sudut proses, yaitu fungsi manajer dari sudut proses merupakan tahapan aktivitas yang secara kontinu mutlak dan mutlak dioprasikan oleh manager.
                                                  
2)      Fungsi manajer dari sudut spesialisasi kerja, yaitu merupakan penerapan fungsi sesuai dengan bidang kerja yang ada dalam organisasi. Deskripsi mengenai fungsi manajemen dideskripsikan pada tabel 3 di bawah ini:
           Tabel 3 : Deskripsi Ringkas Fungsi Manajemen [26]
No.
Sudut Pandang Fungsi
Deskripsi Fungsi
1.
Fungsi manajemen dari sudut proses
a.   Perencanaan.
b.   Pengorganisasian.
c.   Pengarahan.
d.   Pemotivasian.
e.   Pengendalian.
2.
Fungsi manajemen berdasarkan spesialisasi kerja
a.   Fungsi keuangan.
b.   Fungsi ketenagakerjaan.
c.   Fungsi pemasaran.
d.   Fungsi pembelian.
e.   Fungsi produksi.
3.
Fungsi ke luar organisasi
a.    Penyampaian  informasi ekonomis kepada pihak luar organisasi.
b.    Penyampaian informasi umum  kepada pihak luar organisasi.
c.    Kerja sama dengan para pihak.

2.      Perspektif Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber  manusia, keuangan, material, dan kurikulum. Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi ciri dari manajemen pendidikan yang diterapkan di sekolah, di antaranya:          
a.       Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsur sekolah. Interaksi antar unsur di sekolah meliputi:
1)      Interaksi yang ada di sekolah itu sendiri, yaitu antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan guru, dan seterusnya.
2)      Interaksi antara sekolah dengan lembaga pendidikan lainnya, misalnya antara sekolah dengan sekolah yang setingkat atau sekolah lain yang mempunyai jenjang yang lebih tinggi.
3)      Interaksi antara sekolah dengan lembaga non pendidikan, seperti interaksi sekolah dengan karang taruna.
4)      Interaksi antara sekolah dengan masyarakat, misalnya interaksi sekolah dengan orang tua, murid, dan sebagainya.[27]
b.         Adanya kegiatan, kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak. Untuk mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu dimensi pengajaran dan dimensi pengelolaan. Jika dimensi itu digabungkan  kita dapat membedakan kegiatan itu menjadi empat kategori pokok, dan satu kategori pendukung, yaitu :
1)    Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus langsung dengan pengelolaan meliputi:
a)      Kurikulum
b)    Supervisi
2)      Yang berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi tidak langsung dengan pengajaran, yaitu:
a)     Kesiswaan.
b)    Keuangan.
c)     Sarana dan prasarana.
d)    Kepegawaian.
e)     Layanan khusus.
3)      Yang tidak berhubungan langsung, baik dengan pengajaran maupun dengan pengelolaan:
a)      Hubungan sekolah dengan masyarakat.
b)      Komite sekolah.
4)      Yang tidak langsung berhubungan dengan pengelolaan tetapi langsung dengan pengajaran.
5)      Kegiatan pendukung, yaitu pengelolaan ketatausahaan yang diperlukan oleh  semua kegiatan tersebut.[28]
Adapun bidang-bidang yang mencakup dalam manajemen pendidikan  yang diterapkan di sekolah adalah sangat banyak dan luas. Tetapi yang sangat penting dan perlu diketahui bahwa manajemen pendidikan yang diterapkan di sekolah mempunyai ruang lingkup kerja sebagai berikut:
a.       Bidang Tata Usaha, meliputi:
1)      Organisasi dan struktur pegawai tata usaha.
2)      Anggaran Belanja organisasi.
3)      Kepegawaian dan personalia.
4)      Keuangan dan pembukuan.
5)      Korespondensi / Surat menyurat.
6)      Pengangkatan, pemindahan, penempatan, laporan, pengisian buku induk, dan sebagainya.    
b.      Bidang Personalia pegawai, yang meliputi antara lain:
1)      Organisasi pegawai.
2)       Kesehatan pegawai.
3)      Kesejahteraan pegawai.
4)      Evaluasi kemajuan prestasi.
5)      Bimbingan dan penyuluhan.
c.       Bidang personalia pimpinan, meliputi antara lain:
1)      Pengangkatan dan penempatan.
2)      Organisasi personalia.
3)      Kepegawaian.
4)      Evaluasi kemajuan prestasi.
5)      Refreshing dan up-granding.
d.      Bidang Pengawasan, meliputi:
1)      Usaha membangkitkan semangat pegawai dalam melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya.
2)      Mengusahakan dan mengembangkan kerja sama yang baik antara semua komponen organisasi.
3)      Mengusahakan dan membuat pedoman cara-cara menilai hasil-hasil kerja organisasi.
4)      Usaha mempertinggi mutu personil dan pengalaman pada umumnya.
e.       Bidang pelaksanaan dan pembinaan kurikulum, meliputi:
1)      Berpedoman  dan menerapkan apa yang tercantum dalam kurikulum di institusi yang berangkutan, dalam usaha mencapai dasar-dasar tujuan pendidikan.
2)      Melaksanakan organisasi kurikulum  beserta metode-metodenya, disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan  dan lingkungan masyarakat.[29]
Administrasi atau manajemen pendidikan sering kali diistilahkan dengan administrasi sekolah seperti halnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), disebutkan bahwa administrasi pendidikan mencakup pengaturan, proses belajar mengajar, gedung dan perlengkapan, keuangan, kesiswaan, dan hubungan dengan masyarakat. Ini semua merupakan cakupan atau ruang lingkup dari manajemen pendidikan. Adapun bidang-bidang yang tercakup di dalam manajemen pendidikan atau administrasi yang diterapkan di sekolah dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.    Bidang administrasi material, yaitu kegiatan administrasi yang mengangkut bidang –bidang materi, seperti ketatausahaan, administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan dan lain-lain.
b.    Bidang administrasi personal, yang menyangkut di dalamnya administrasi personel, dan sebagainya.
c.  Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup di dalamnya pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus, rencana pelaksanaan  pembelajaran, dan sebagainya.[30]  


 C.    PENUTUP
1.   Kesimpulan
a.  Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian,  pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
b.      Filsafat manajemen adalah bagian yang terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan permasalahan manajerial. Oleh karena itu, dalam filsafat manajemen terdapat suatu dasar pandangan hidup yang mencerminkan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen.
c.       Faktor-faktor dasar dalam filsafat manajemen yang diperlukan terdiri atas: 1) kepentingan umum, 2) tujuan usaha, 3) pimpinan pelaksana, 4) kebijakan, 5) fungsi, 6) faktor dasar, 7) struktur organisasi, 8) prosedur, 9) moral kerja.
d.  Manajemen selain sebagian suatu ilmu juga sebagai suatu seni. Sebagai suatu ilmu, manajemen merupakan akumulasi pengetahuan yang sistematis menjadi suatu kesatuan yang terpadu dan dapat dijadikan pegangan dasar dalam bertindak. Sedangkan sebagai suatu seni manajemen adalah keahlian, kemampuan, kemahiran, serta keterampilan dalam aplikasi prinsip, metode, dan teknis dalam menggunakan sumber daya manusia secara efisien dan efektif.
e.  Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan, yang menggambarkan cakupan tertentu, dan menyarankan pengarahan kepada usaha seorang manajer. Tujuan manajemen dalam suatu organisasi dapat diklasifikasikan sikap menurut hierarki tertentu. Hierarki tujuan yang dimaksud adalah 1) tujuan pokok, 2) tujuan bagian, 3) tujuan kelompok, 4) tujuan kesatuan, 5) tujuan individu.
f.       Manajer adalah seorang yang bertindak sebagai perencana, pengorganisasi, pengarah, pemotivasi, serta pengendali orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan. Sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah sikap dan prilaku untuk mempengaruhi para bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga dapat bekerja secara lebih efisien dan efektif. Secara singkat kepemimpinan adalah sifat yang harus dimiliki oleh perencana, pengorganisasi, pengarah, pemotivasi, dan pengendali untuk mempengaruhi orang dan mekanisme kerja guna mencapai tujuan.
g.   Proses manajemen adalah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang manajer dalam suatu organisasi. Rangkaian aktivitas dimaksudnya adalah merupakan fungsi seorang manajer. Fungsi manajer tersebut membentuk suatu proses keseluruhannya. Kajian fungsi manajer secara garis besar dilihat dari dua sudut, yaitu: 1) fungsi manajer dari sudut proses, 2) fungsi manajer dari sudut spesialisasi kerja.
h.   Manajemen pendidikan pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber  manusia, keuangan, material, dan kurikulum. Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi ciri dari manajemen pendidikan yang diterapkan di sekolah, di antaranya: 1) Adanya interaksi (saling pengaruh) antara berbagai unsur sekolah, 2) Adanya kegiatan, kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat banyak.        
2.      Saran
Penulis mengakui makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan hal ini lebih disebabkan oleh kekurangan referensi yang dimiliki oleh penulis, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk  perbaikan makalah ini pada masa yang akan datang. 

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Manajemen Madrasah, Jakarta: Departemen Agama RI, 1999.

________, Supervisi Madrasah, Jakarta: Departemen Agama RI, 1999.

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996.
Hersey,  Paul dan Blanchard, Kenneth H,  Management of  Organizational  Behavior (Utilizing Human Resources), New  Delhi:Prentice Hall, 1980.
Moekijat, Kamus Manajemen,  Bandung:Alumni, 1980.
Manullang, M, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983.
Pidarta,  Made, Manajemen Pendidikan Indonesia,  Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta:Bumi Aksara, 2008.
_________, Manajemen Tenaga Kerja, Bandung:Sinar Baru, 1987. 
Siagian,  Sondang P, Filsafat Administrasi, Jakarta: Gunung Agung, 1997.
Stoner,  James  AF. dan Wankel,  Charles, Management Third Edition, New  Delhi :Frentice Hall, 1986.
Terry, GR, disadur,  Principles of Management, Bandung: Alumni, 1975.
Ukas, Maman,  Pengantar Ilmu Manajemen, Bandung:FKIS IKIP, 1978.

Wibowo, Manajemen Perubahan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006.
Yamin,  Martinis dan Masiah, Manajemen Pembelajaran Kelas, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.




[1] Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 9.
[2] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 2.
[3] Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Gunung Agung, 1997), hal. 5.
[4] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 1.
[5] M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983), hal. 15.
[6] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,  hal. 4.
[7] Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), hal. 1.
[8] Ibid.
[9] Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja, (Bandung:Sinar Baru, 1987), hal. 4. 
[10] James  AF. Stoner dan Charles Wankel, Management Third Edition, (New  Delhi :Frentice Hall, 1986), hal. 4.
[11] Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, Management of  Organizational  Behavior (Utilizing Human Resources), (New  Delhi:Prentice Hall, 1980), hal. 3.
[12] Martinis Yamin dan Masiah, Manajemen Pembelajaran Kelas, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal. 2.
[13] Moekijat, Kamus Manajemen, (Bandung:Alumni, 1980), hal. 318.
[14] Siswanto, Pengantar Manajemen, hal. 5.
[15] Ibid.
[16] Maman Ukas, Pengantar Ilmu Manajemen, (Bandung:FKIS IKIP, 1978), hal.17.
[17] Siswanto, Pengantar Manajemen, hal. 7.
[18] Ibid., hal. 8
[19] Ibid., hal. 10-11.
[20] Ibid.
[21] GR.Terry, disadur,  Principles of Management, ( Bandung: Alumni, 1975).hal. 77.
[22]  Siswanto, Pengantar Manajemen, hal. 13.
[23]  Ibid., hal. 14.
[24] Ibid., hal. 23.
[25] Ibid.
[26] Ibid., hal. 27.
[27] Departemen Agama RI, Supervisi Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1999), hal. 4.
       [28] Ibid., hal. 6
      [29] Departemen Agama RI, Manajemen Madrasah, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1999), hal. 11
      [30] Departemen Agama RI, Supervisi Madrasah, hal. 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar